Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan

LABORATORIUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN (PPI)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Ketua Laboratorium: Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS

Anggota :

1. Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS

2. Dr. Ir. Maftuch, MS

3. Ir. Heny Suprastyani, MS

4. Ir. Ellana Sanoesi, MP

Komponen penting dalam budidaya adalah tersedianya benih unggul, nutrisi yang baik dan terhindarkannya komoditas budidaya dari Parasit dan Penyakit Ikan. Parasit dan Penyakit Ikan meningkat akibat dampak kegiatan budidaya yang melibatkan memburuknya lingkungan, meningkatnya keganasan pathogen dan komoditas budidaya yang lemah.

Cara mengantisipasi terjadinya penyakit dalam budidaya pada tahap awal adalah dengan menjaga kualitas lingkungan perairan budidaya tetap optimal selama masa budidaya, pemilihan benih berkualitas (bebas penyakit) dan memanag budidaya secara baik dan benar. Oleh karena itu diperlukan seperangkat ilmu untuk mengetahui tentang tiga factor dalam mengantisipasi terjadinya penyakit dalam budidaya tersebut.

LABORATORIUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, mempunyai konsentrasi mengkaji seperangkat keilmuan tersebut sehingga dapat memperjelas suatu kondisi disebut sakit (suatu keadaan fisik, morfologi atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal, karena beberapa penyebab baik internal (genetik) maupun eksternal (pathogen dan non pathogen) dengan melakukan diagnostik dan sekaligus megkaji konsep terapi yang tepat berbasis pada patomekanisme sebuah penyakit.

Kemampuan diagnostik yang dapat dilakukan meliputi uji pathogen (Virus, Bakteri, Parasit dan Jamur) serta non pathogen (lingkungan dan genetik). Kejadian pada penyakit infeksius (pathogen) yang disebabkan Penyakit Parasit (seringkali ditemukan Vorticella, Lernea, Zoothamnium, Argulus); Penyakit Bakterial (seringkali ditemukan Aeromonas, Flavobakterium, Pseudomonas dan Vibrio); Penyakit Jamur (Saprolegnia dan Achlya); serta Penyakit Virus (KHV, TSV, IHHNV, WSSV, MBV, YHV). Sedangkan penyakit non infeksius meliputi uji kualitas air (Suhu, pH, Oksigen terlarut, Amonia, Nitrit, asam sulfide, Salinitas, limbah polutan logam berat dan Total bahan organik).

Metode diagnostik yang dikembangkan meliputi metode Kultur pathogen, histokimia, hematology, immunology, deteksi DNA dan RNA. Sementara metode terapi dikembangkan flora dan fauna farmakologi, penggunaan imunostimulan, probiotik serta obat dan bahan kimia untuk menyelesaikan kasus dan kejadian penyakit.